
Bangun Rumah Rumah Mulai 300 juta | Rancang Bangun Indonesia
tertarik dengan artikel rumah.com bagaimana cerita membangun rumah mewah dengan mulai 300 jutaan. Ceritanya adalah rumah Dwica Novita bersama suami, Ramadhan Indra Mulya dan buah hati, Kamayel Najandra Mulya (2 tahun). Rumah dengan artistektur berbentuk kotak yang mencuri perhatian. Sebuah rumah compact yangterrassenüberdachung náhradní díly elektro subwoofer genius pantofole pelose calzedonia adidas originals opening ceremony nike jordan sale flugzeug spiele amazon kot kap modelleri 2013 houston texans andre johnson jersey under armour bow hunting t shirt χαλάκι ασφαλείας biotin collagen conditioner college football store adidas handball spezial test andre johnson texans jersey náhradní díly elektro subwoofer genius mungil dengan halaman yang luas.
Rumah ini bisa terwujud juga berkat buah kegigihan mereka. Pasangan ini rela berhemat selama dua tahun agar dapat membangun rumah tanpa bantuan kredit bank. Di luar rencana, pandemi juga memungkinkan mereka mempercepat terkumpulnya tabungan untuk rumah.
Rumah Dwica yang berlokasi di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, kini telah berdiri. Rumah dengan luas tanah 158 m2 dan luas bangunan 58 m2 ini sekaligus menjawab kebutuhan mereka akan sebuah hunian yang fungsional.
Sang suami menawarkan untuk tinggal sementara bersama orangtuanya dulu setelah menikah. Dengan pertimbangan, kalau kontrak rumah ada biaya yang harus dikeluarkan, jadi biaya tersebut bisa dialihkan untuk tabungan rumah.
Setelah menikah pada Desember 2018, mereka sempat mengecek harga rumah klaster di sekitar tempat usaha suaminya. “Suami punya toko bahan bangunan di Kelapa Dua, Depok. Kami cari rumah yang lokasinya juga dekat tempat usaha suami dan kebetulan tidak jauh juga dari tempat kerja saya saat itu di Rumah Sakit Universitas Indonesia,” papar Dwica.
Namun rumah klaster yang mereka sempat lihat-lihat harganya sudah sangat tinggi sampai milyaran rupiah dan mensyaratkan uang DP rumah yang telah melampaui batas dana yang akan mereka alokasikan untuk beli rumah. “Hmmm…. buat bayar DP rumah klaster bisa untuk bangun rumah sendiri,” gumam perempuan kelahiran tahun 1992 ini.
Terbentur keterbatasan dana tersebut, mereka mempertimbangkan kembali penawaran sang mertua. Mertua Dwica punya tanah kosong dari turun-temurun keluarganya dan meminta mereka memanfaatkan tanah tersebut untuk membangun rumah mereka.
Kebetulan tanah seluas 158m2 tersebut berada tak jauh dari toko suami yang bisa diakses dengan lima menit berjalan kaki. Mereka pun mulai berencana untuk fokus pada langkah selanjutnya.
“Mereka bilang, udahlah ini kan tanah keluarga yang dibeli dari jaman dulu dengan harga masih murah banget, tidak seperti sekarang. Lagipula tanah ini bukan untuk dijual, memang buat anak-anak. Pakai saja tanahnya, yang penting bangun rumahnya kalian urus sendiri. Begitu pesan orangtua,” kenang Dwica.
Selain tanah kosong, mereka juga diberi pilihan lain yaitu menempati rumah yang tak terpakai. Namun pilihan kedua itu ditolak dengan beberapa pertimbangan yang diutarakan Dwica.
“Renovasi total rumah seperti yang kami mau, butuh biaya lebih besar. Rumah aslinya harus dibongkar dulu buat dibangun ulang. Jadi kami pilih tanah kosong untuk menekan biaya,” ujarnya.
Keputusan pun sudah diambil, dengan berbagai pertimbangan mereka pilih memakai tanah kosong dari orang tua Ramadhan. Dan tahap selanjutnya adalah membangun rumahnya, namun rencana bangun rumah sementara juga mesti ditunda, menunggu tabungan mereka cukup buat biaya bangun rumah.
Mereka memang lebih memilih menabung untuk membiayai pembangunan rumah mereka, menghindari mengambil kredit pembiayaan rumah dari bank maupun bentuk pinjaman lainnya.
“Kalau ambil kredit rata-rata tenor sekitar 10 sampai 15 tahun. Sementara kemampuan finansial kami ke depannya nggak bisa diprediksi. Kami khawatir nantinya biaya hidup semakin bertambah sehingga kami kesulitan bayar cicilan rumah,” ungkap Dwica.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Saat ini biaya hidup kami masih minim sehingga bisa diprioritaskan untuk kebutuhan rumah dulu yang utama. Lebih baik kami berhemat, susah-susah dulu sekarang.”
Rencana bangun rumah mereka awali dengan menentukan besaran dana untuk bangun rumah, dan jangka waktu yang dibutuhkan.
Selain merencanakannya sendiri, bantuan informasi dari laman panduan properti tentang tips membangun rumah sesuai bujet dan tepat waktu menjadi masukan juga bagi mereka.
“Di awal nikah, kami dapat rezeki. Saya langsung hamil. Menurut kami, kalau anak sudah semakin besar, kami harus tinggal mandiri, tidak bisa lagi tinggal bareng orangtua untuk menghindari adanya singgungan yang tidak diinginkan nantinya. Kami menargetkan dua tahun untuk mengumpulkan dana buat rumah,” jelas Dwica.
Sementara dana yang mereka harus persiapkan adalah Rp400 juta dalam waktu dua tahun. “Kami setting Rp300 juta untuk biaya bangun rumah dan Rp100 juta untuk dana darurat karena biasanya ada tambahan biaya-biaya tak terduga,” ungkapnya.
Cerita ini tentu menjadi dapat inspirasi bagi pasangan muda untuk memulai rumah sesegera mungkin. saat ini Rancang Bangun Indonesia yang merupakan penyedia jasa renovasi rumah terbaik memiliki paket mulai 300 juta.
